Banner Iskaruji dot com

Friday, June 7, 2013

ALAT UKUR DALAM PROTEKSI RADIASI

 KLASIFIKASI ALAT UKUR DALAM PROTEKSI RADIASI

Alat ukur proteksi radiasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari detektor dan peralatan penunjang, seperti sistem pengukur radiasi lainnya. Alat ukur ini dapat memberikan informasi dosis radiasi seperti paparan dalam roentgen, dosis serap dalam rad atau gray, dan dosis ekivalen dalam rem atau sievert.

Alat proteksi radiasi ini dibedakan menjadi tiga yaitu

     dosimeter personal

     surveimeter

     monitor kontaminasi

Dosimeter personal berfungsi untuk “mencatat” dosis radiasi yang telah mengenai seorang pekerja radiasi secara akumulasi. Oleh karena itu, setiap orang yang bekerja di suatu daerah radiasi harus selalu mengenakan dosimeter personal. Surveimeter digunakan untuk melakukan pengukuran tingkat radiasi di suatu lokasi secara langsung sedang monitor kontaminasi digunakan untuk mengukur tingkat kontaminasi pada pekerja, alat maupun lingkungan.

SURVEIMETER

Surveimeter harus dapat memberikan informasi laju dosis radiasi pada suatu area secara langsung. Jadi, seorang pekerja radiasi dapat memperkirakan jumlah radiasi yang akan diterimanya bila akan bekerja di suatu lokasi selama waktu tertentu. Dengan informasi yang ditunjukkan surveimeter ini, setiap pekerja dapat menjaga diri agar tidak terkena paparan radiasi yang melebihi batas ambang yang diizinkan.

Sebagaimana fungsinya, suatu survaimeter harus bersifat portable meskipun tidak perlu sekecil sebuah dosimeter personal. Konstruksi survaimeter terdiri atas detektor dan peralatan penunjang seperti terlihat gambar berikut. Cara pengukuran yang diterapkan adalah cara arus (current mode) sehingga nilai yang ditampilkan merupakan nilai intensitas radiasi. Secara elektronik, nilai intensitas tersebut dikonversikan menjadi skala dosis, misalnya dengan satuan roentgent/jam.

 

Semua jenis detektor yang dapat memberikan hasil secara langsung, seperti detektor isian gas, sintilasi dan semikonduktor, dapat digunakan. Dari segi praktis dan ekonomis, detektor isian gas Geiger Muller yang paling banyak digunakan. Detektor sintilasi juga banyak digunakan, khususnya NaI(Tl) untuk radiasi gamma, karena mempunyai efisiensi yang tinggi.
  Jenis Surveimeter

Terdapat beberapa jenis survaimeter yang digunakan untuk jenis radiasi yang sesuai sebagai berikut.

     Survaimeter Gamma

     Survaimeter Beta dan Gamma

     Survaimeter Alpha

     Survaimeter neutron

     Survaimeter Multi-Guna

Survaimeter gamma merupakan survaimeter yang sering digunakan dan pada prinsipnya dapat digunakan untuk mengukur radiasi sinar X. Detektor yang sering digunakan adalah detektor isian gas proporsional, GM atau detektor sintilasi NaI(Tl).

Berbeda dengan survaimeter gamma biasa, survaimeter beta dan gamma mempunyai detektor yang terletak di luar badan survaimeter dan mempunyai “jendela” yang dapat dibuka atau ditutup. Bila digunakan untuk mengukur radiasi beta, maka jendelanya harus dibuka. Sebaliknya untuk radiasi gamma, jendelanya ditutup.Detektor yang sering digunakan adalah detektor isian gas proporsional atau GM.

Survaimeter alpha mempunyai detektor yang terletak di luar badan survaimeter dan terdapat satu permukaan detektor yang terbuat dari lapisan film yang sangat tipis, biasanya terbuat dari berrilium, sehingga mudah sobek bila tersentuh atau tergores benda tajam. Detektor yang digunakan adalah detektor isian gas proporsional atau detektor sintilasi ZnS(Ag).

Survaimeter neutron biasanya menggunakan detektor proporsional yang diisi dengan gas BF3 atau gas Helium. Karena yang dapat berinteraksi dengan unsur Boron atau Helium adalah neutron termal saja, maka survaimeter neutron biasanya dilengkapi dengan moderator yang terbuat dari parafin atau polietilen yang berfungsi untuk menurunkan energi neutron cepat menjadi neutron termal. Moderator ini hanya digunakan bila radiasi neutron yang akan diukur adalah neutron cepat.

Pada saat ini sudah mulai dipasarkan jenis survaimeter yang serbaguna (multipurpose) karena selain dapat mengukur intensitas radiasi secara langsung, sebagaimana survaimeter biasa, juga dapat mengukur intensitas radiasi selama selang waktu tertentu, dapat diatur, seperti sistem pencacah dan bahkan bisa menghasilkan spektrum distribusi energi radiasi seperti sistem spektroskopi.


  Prosedur Pemakaian Surveimeter

Tiga langkah penting yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan survaimeteradalah:

     memeriksa batere

     memeriksa sertifikat kalibrasi

     mempelajari pengoperasian dan pembacaan

Periksa batere: Hal ini dilakukan untuk menguji kondisi catu daya tegangan tinggi detektor. Bila tegangan tinggi detektor tidak sesuai dengan yang dibutuhkan, maka detektor tidak peka atau tidak sensitif terhadap radiasi yang mengenainya, akibatnya survaimeter akan menunjukkan nilai yang salah.

Periksa sertifikat kalibrasi: Pemeriksaan sertifikat kalibrasi harus memperhatikan faktor kalibrasi alat dan memeriksa tanggal validasi sertifikat. Faktor kalibrasi merupakan suatu parameter yang membandingkan nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur dan nilai dosis sebenarnya.

Dsebenarnya = Dterukur x Faktor Kalibrasi

Bila sertifikat kalibrasinya sudah melewati batas waktunya, maka survaimeter tersebut harus dikalibrasi ulang sebelum dapat digunakan lagi.

Pelajari pengoperasian dan pembacaan: Langkah ini perlu dilakukan, khususnya bila akan menggunakan survaimeter “baru”. Setiap survaimeter mempunyai tombol-tombol dan saklar-saklar yang berbeda-beda, biasanya terdapat beberapa faktor pengalian misalnya x1; x10; x100 dan sebagainya. Sedang display-nya juga berbeda-beda, ada yang berskala rontgent / jam ; rad / jam ; Sievert /jam atau mSievert / jam atau bahkan masih dalam cpm (counts per minutes).

 




 
DOSIMETER
 Dosimeter Personal

Alat ini digunakan untuk mengukur dosis radiasi secara akumulasi. Jadi, dosis radiasi yang mengenai dosimeter personal akan dijumlahkan dengan dosis yang telah mengenai sebelumnya. Dosimeter personal ini harus ringan dan berukuran kecil karena alat ini harus selalu dikenakan oleh setiap pekerja radiasi yang sedang bekerja di medan radiasi.

Terdapat tiga macam dosimeter personal yang banyak digunakan saat ini yaitu:

     dosimeter saku (pen / pocket dosemeter)

     film badge

     Thermoluminisence Dosemeter (TLD).


  Dosimeter Saku

Dosimeter ini sebenarnya merupakan detektor kamar ionisasi sehingga prinsip kerjanya sama dengan detektor isian gas akan tetapi tidak menghasilkan tanggapan secara langsung karena muatan yang terkumpul pada proses ionisasi akan “disimpan” seperti halnya suatu kapasitor.

Konstruksi dosimeter saku berupa tabung silinder berisi gas sebagaimana pada Gambar di atas. Dinding silinder akan berfungsi sebagai katoda, bermuatan negatif, sedangkan sumbu logam dengan jarum 'quartz' di bagian bawahnya bermuatan positif. Mula-mula, sebelum digunakan, dosimeter ini diberi muatan menggunakan charger yaitu suatu catu daya dengan tegangan tertentu. Jarum quartz pada sumbu detektor akan menyimpang karena perbedaan potensial. Dengan mengatur nilai tegangan pada waktu melakukan 'charging' maka penyimpangan jarum tersebut dapat diatur agar menunjukkan angka nol. Dalam pemakaian di tempat kerja, bila ada radiasi yang memasuki detektor maka radiasi tersebut akan mengionisasi gas, sehingga akan terbentuk ion-ion positif dan negatif. Ion-ion ini akan bergerak menuju anoda atau katoda sehingga mengurangi perbedaan potensial antara jarum dan dinding detektor. Perubahan perbedaan potensial ini menyebabkan penyimpangan jarum berkurang.

Jumlah ion-ion yang dihasilkan di dalam detektor sebanding dengan intensitas radiasi yang memasukinya, sehingga penyimpangan jarum juga sebanding dengan intensitas radiasi yang telah memasuki detektor. Skala dari penyimpangan jarum tersebut kemudian dikonversikan menjadi nilai dosis.

Keuntungan dosimeter saku ini adalah dapat dibaca secara langsung dan tidak membutuhkan peralatan tambahan untuk pembacaannya. Kelemahannya, dosimeter ini tidak dapat menyimpan informasi dosis yang telah mengenainya dalam waktu yang lama (sifat akumulasi kurang baik).

Pada saat ini, sudah dibuat dan dipasarkan dosimeter saku yang diintegrasikan dengan komponen elektronika maju (advanced components) sehingga skala pembacaannya tidak lagi dengan melihat pergeseran jarum (secara mekanik) melainkan dengan melihat display digital yang dapat langsung menampilkan angka hasil pengukurannya.

  Film Badge

Film badge terdiri atas dua bagian yaitu detektor film dan holder. Detektor film dapat “menyimpan” dosis radiasi yang telah mengenainya secara akumulasi selama film belum diproses. Semakin banyak dosis radiasi yang telah mengenainya –atau telah mengenai orang yang memakainya– maka tingkat kehitaman film setelah diproses akan semakin pekat.

 
Holder film selain berfungsi sebagai tempat film ketika digunakan juga berfungsi sebagai penyaring (filter) energi radiasi. Dengan adanya beberapa jenis filter pada holder, maka dosimeter film badge ini dapat membedakan jenis dan energi radiasi yang telah mengenainya.

Di pasar terdapat beberapa merk film maupun holder, tetapi BATAN selalu menggunakan film dengan merk Kodak buatan USA dan holder merk Chiyoda buatan Jepang seperti pada Gambar IV.3. Hal ini dilakukan agar mempunyai standar atau kalibrasi pembacaan yang tetap.

Dosimeter film badge ini mempunyai sifat akumulasi yang lebih baik daripada dosimeter saku. Keuntungan lainnya film badge dapat membedakan jenis radiasi yang mengenainya dan mempunyai rentang pengukuran energi yang lebih besar daripada dosimeter saku. Kelemahannya, untuk mengetahui dosis yang telah mengenainya harus diproses secara khusus dan membutuhkan peralatan tambahan untuk membaca tingkat kehitaman film, yaitu densitometer.


  Dosimeter Termoluminisensi (TLD)

Dosimeter ini sangat menyerupai dosimeter film badge, hanya detektor yang digunakan ini adalah kristal anorganik thermoluminisensi, misalnya bahan LiF. Proses yang terjadi pada bahan ini bila dikenai radiasi adalah proses termoluminisensi. Senyawa lain yang sering digunakan untuk TLD adalah CaSO4.

Dosimeter ini digunakan selama jangka waktu tertentu, misalnya satu bulan, baru kemudian diproses untuk mengetahui jumlah dosis radiasi yang telah diterimanya. Pemrosesan dilakukan dengan memanaskan kristal TLD sampai temperatur tertentu, kemudian mendeteksi percikan-percikan cahaya yang dipancarkannya. Alat yang digunakan untuk memproses dosimeter ini adalah TLD reader.

Keunggulan TLD dibandingkan dengan film badge adalah terletak pada ketelitiannya. Selain itu, ukuran kristal TLD relatif lebih kecil dan setelah diproses kristal TLD tersebut dapat digunakan lagi.


MONITOR KONTAMINASI

Kontaminasi merupakan suatu masalah yang sangat berbahaya, apalagi kalau sampai terjadi di dalam tubuh. Kontaminasi sangat mudah terjadi kalau bekerja dengan sumber radiasi terbuka, misalnya berbentuk cair, serbuk, atau gas. Adapun yang terkontaminasi biasanya adalah peralatan, meja kerja, lantai, tangan, sepatu.

Jika intensitas radiasi yang dipancarkan oleh sesuatu yang telah terkontaminasi sangat rendah, maka alat ukur ini harus mempunyai efisiensi pencacahan yang sangat tinggi. Detektor yang digunakan untuk monitor kontaminasi ini harus mempunyai “jendela” (window) yang luas, karena kontaminasi tidak selalu terjadi pada satu daerah tertentu, melainkan tersebar pada permukaan yang luas. Tampilan dari monitor kontaminasi ini biasanya menunjukkan kuantitas radiasi (laju cacah) seperti cacah per menit atau cacah per detik (cpd). Nilai ini harus dikonversikan menjadi satuan aktivitas radiasi, Currie atau Becquerel, dengan hubungan sebagai berikut.
                                                             


A adalah aktivitas radiasi, R adalah laju cacah dan h adalah efisiensi alat pengukur. Monitor kontaminasi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu monitor kontaminasi permukaan, monitor kontaminasi perorangan dan monitor kontaminasi udara (airborne). Monitor kontaminasi permukaan (surface monitor) digunakan untuk mengukur tingkat kontaminasi segala permukaan, misalnya meja kerja, lantai, alat ukur ataupun baju kerja.

Monitor kontaminasi perorangan digunakan untuk mengukur tingkat kontaminasi pada bagian-bagian tubuh dari pekerja radiasi. Bagian tubuh yang paling sering terkontaminasi adalah tangan dan kaki, sehingga terdapat monitor kontaminasi khusus untuk tangan dan kaki yaitu hand and foot contamination monitor. Suatu instalasi yang modern biasanya dilengkapi dengan monitor kontaminasi seluruh tubuh (whole body monitor). Setiap pekerja yang akan meninggalkan tempat kerja harus diperiksa terlebih dahulu dengan monitor kontaminasi.

Monitor kontaminasi udara digunakan untuk mengukur tingkat radioaktivitas udara di sekeliling instalasi nuklir yang mempunyai potensi untuk melepaskan zat radioaktif ke udara.

Sebagaimana survaimeter, detektor yang digunakan di sini dapat berupa detektor isian gas, sintilasi ataupun semikonduktor. Detektor yang paling banyak digunakan adalah detektor isian gas proporsional untuk mendeteksi kontaminasi pemancar alpha atau beta dan detektor sintilasi NaI(Tl) untuk kontaminasi pemancar gamma. Khusus untuk monitor kontaminasi udara biasanya dilengkapi dengan suatu penyaring (filter) dan pompa penghisap udara untuk “menangkap” partikulat zat radioaktif yang bercampur dengan molekul-molekul udara.












KALIBRASI ALAT UKUR

Sudah merupakan suatu ketentuan bahwa setiap alat ukur proteksi radiasi harus di kalibrasi secara periodik oleh instansi yang berwenang. Hal ini dilakukan untuk menguji ketepatan nilai yang ditampilkan alat terhadap nilai sebenarnya. Perbedaan nilai antara yang ditampilkan dan yang sebenarnya harus dikoreksi dengan suatu parameter yang disebut sebagai faktor kalibrasi ( Fk ). Dalam melakukan pengukuran, nilai yang ditampilkan alat harus dikalikan dengan faktor kalibrasinya. Secara ideal, faktor kalibrasi ini bernilai satu, akan tetapi pada kenyataannya tidak banyak alat ukur yang mempunyai faktor kalibrasi sama dengan satu. Nilai yang masih dapat 'diterima' berkisar antara 0,8 sampai dengan 1,2. Faktor Kalibrasi dapat dihitung dengan persamaan berikut.

Dimana Ds  adalah nilai dosis sebenarnya, sedangkan Du adalah nilai yang ditampilkan alat ukur. Terdapat dua metode untuk melakukan kalibrasi yaitu:

     menggunakan sumber radiasi standar

     menggunakan alat ukur standar

Cara pertama, alat ukur diletakkan pada jarak tertentu, misalnya 1 m, dari sumber standar yang telah diketahui jenis nuklida maupun aktivitasnya. Dosis paparan yang mengenai survaimeter (Ds) ditentukan berdasarkan perhitungan. Cara kedua, alat ukur yang akan dikalibrasi dan alat ukur standar diletakkan pada jarak yang sama dari suatu sumber, sehingga dosis radiasi yang mengenai dua alat ukur tersebut sama. Nilai dosis radiasi yang ditampilkan oleh alat ukur standar dianggap sebagai dosis sebenarnya ( Ds ).

Tanggapan atau respon suatu alat ukur terhadap dosis radiasi ternyata berbeda untuk energi radiasi yang berbeda. Setiap alat ukur seharusnya dikalibrasi dengan sumber yang mempunyai tingkat energi yang 'sama' dengan tingkat energi radiasi yang digunakan di lapangan. Perbedaan respon tersebut sangat “significant” pada rentang energi di bawah 200 keV seperti terlihat pada Gambar IV.5 berikut. Pada rentang energi di atas 500 keV, perbedaan responnya sudah tidak terlalu besar.


http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/Pengukuran_Radiasi/Proteksi_03.htm
Read More ->>

Wednesday, June 5, 2013

ANATOMI TULANG MANUSIA

ANATOMI TULANG MANUSIA


 Di dalam tubuh manusia, tulang-tulang menyusun alat gerak pasif dalam bentuk rangka. Susunan rangka dibangun dari gelang-gelang dan lebih dari 200 potong tulang. Tulang-tulang bertemu satu dengan yang lain pada sambungan tertentu.

Sambungan itulah yang dapat membantu kelancaran gerakan. Sejumlah gerakan dapat terjadi karena adanya macam-macam hubungan antar tulang (artikulasi). Namun, gerakan tak mungkin terjadi tanpa penggerak, yaitu otot. Oleh karen itu, tualng disebut sebagai alat gerak pasif sedangkan otot yang berperan sebagai penggerak tulang disebut alat gerak aktif.

Menurut bentuk dan ukurannya tulang dibedakan sebagai berikut:

1. Tulang pendek
Tulang pendek bentuknya seperti silider kecil, berfungsi agar tulang dapat bergerak bebas. Tulang pendek terdapat pada pergelangan tangan dan kaki, telapak tangan dan kaki.

2. Tulang panjang
Tulang panjang bentuknya seperti pipa, berfungsi untuk artikulasi, terdapat pada tulang hasta, tulang paha dan tulang betis.

3. Tulang pipih
Tulang pipih berbentuk pipih dan lebar, berfungsi untuk melindungi struktur dibawahnya, seperti pada pelvis, tulang belikat dan tempurung kepala.

4. Tulang tidak beraturan
Tulang tidak beraturan ini bentuknya kompleks dan berhubungan dengan fungsi khusus. Contoh tulang tidak beraturan adalah tulang punggung dan tulang rahang.
Gambar 9.33. Kerangka manusia.

Menurut bahan pembentuknya, tulang dapat dikelompokkan atas tulang rawan (kartilago) dan tulang (osteon).

a. Tulang rawan (kartilago)
Keadaan tulang rawan lentur (elastis). Telinga, ujung hidung, dan laring (Adam`s apple) dibentuk dan ditopang oleh tulang rawan. Pada umumnya, matriks pada tulang rawan mengandung serabut kolagen dan tidak mengandung kalsium.

Tulang rawan dibentuk oleh sel-sel tulang rawan (kondrosit) yang dihasilkan oleh kondroblas (pembentuk tulang rawan). Antara sel-sel rawan terbentuk matriks dari kolagen dalam bentuk “gel” dari karbohidrat dan protein. Macam-macam tipe tulang rawan adalah sebagai berikut:
  • tulang rawan hialin, sifatnya halus dan terdapat di ujung tulang. 
  • tulang rawan elastis, sifatnya elastis pada telinga dan epiglotis. 
  • tulang rawan yang liat (kuat) terbentuk dari serabut kolagen yang banyak dalam matriks, terdapat pada tendon dan ligamen.

b. Tulang sejati (osteon)
Tulang terdapat pada seluruh anggota gerak. Bagian lapisan luar tulang keras (tulang kompak) dan mengelilingi rongga yang disebut rongga sumsum. Berdasarkan teksturnya, tulang dibedakan atas 2 macam, yaitu:
  • tulang kompak, membentuk lapisan luar yang padat. 
  • tulang spons (berongga), bagian dalam pipih, seperti pada tulang tengkorak dan pada ujung-ujung tulang panjang dekat sambungan tulang. Bentuk rongga ini melindungi tulang itu sendiri jika ada tekanan, benturan atauhentakan.

Bila tulang dipotong sedemikian rupa kemudian dilihat dengan mikroskop, maka akan terlihat lingkaran-lingkaran sel tulang yang tersusun secara konsentris, melingkari pembuluh darah dan saraf. Lingkaran sel tulang bersama dengan pembuluh darah dan saraf membentuk saluran Havers atau sistem Havers.

Bagian dalam dari tulang berisi sumsum tulang yang terdiri dari dua tipe, yaitu sumsum merah dan sumsum kuning. Sumsum merah merupakan tempat produksi sel darah merah. Pada anak-anak, sumsum merah terdapat pada seluruh tulang; sedangkan pada orang dewasa, sumsum merah terdapat pada tulang tengkorak, ruas tulang belakang, tulang rusuk, dan tulang gelang.

Sumsum kuning terdapat pada tulang-tulang anggota gerak dewasa. Sumsum kuning terbentuk dari campuran sel jaringan ikat, seperti jaringan lemak dan sumsum merah.

Tulang dibentuk dari osteosit dan matriks. Osteosit dibentuk dari Osteoblas. Jenis-jenis matriks adalah sebagai berikut:
  • semen: tersusun dari molekul karbohidrat. 
  • kolagen: bentuknya seperti serabut. Kolagen yang diikat oleh semen akan menampakkan ciri tulang. Tanpa kolagen, tulang menjadi rapuh seperti kepingan-kepingan karang atau kapur. M 
  • mineral: misalnya seperti kalsium, fosfat, dan karbonat. Tanpa adanya mineral dalam matriks tulang menjadi lentur. 

Dalam matriks terdapat kalsium yang menjadikan tulang bersifat keras, sedangkan mineral merupakan 65% dari berat seluruh tulang.

Tulang adalah jaringan hidup. Ini berarti bahwa tulang dapat tumbuh dan memperbaiki sendiri bagian yang rusak (patah, retak). Pada tulang dewasa ada bagian tulang yang dirusak (pada bagian tengah tulang pipa) oleh perombak sel tulang (osteoblas). Tulang tumbuh menjadi besar dengan perbanyakan sel dan menjadi panjang. Tempat memanjangnya tulang pada daerah pertumbuhan atau cakra epifisis (daerah dekat ujung-ujung tulang).
Read More ->>

ANATOMI TUBUH MANUSIA

PENGERTIAN ANATOMI

Anatomi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur tubuh manusia,berasal dari bahasa yunani “ana”yang berarti habis atau keatas dan “tomos” yang berarti memotong atau mengiris.Maksudnya anatomi adalah ilmu yang mempelajari struktur tubuh(manusia) dengan cara nenguraikan tubuh(manusia)menjadi bagian yang lebih kecil kebagian yang paling kecil,dengan cara memotong atau megiris tubuh (manusia) kemudian diangkat,dipelajari,dan diperiksa menggunakan mikroskop.

 Anatomi dibagi menjadi dua bagian yaitu
1.     Anatomi Macroscopia,dan
2.     Anatomi Microscopia.

Anatomi yang akan diajarkan untuk memperdalam atau untuk memahami ilmu  gerak adalah anatomi macroscopia yang tergolong dalam anatomi systematica yang meliputi Osteologi,arthrologi dan mmyologi,dan anatomi regionale yang meliputi Regio membri superioris (anggota gerak atas),Regio membri inferioris (anggota gerak bawah),Regio thoracalis(dada) dan Regio abdominalis(perut).

Istilah Umum Anatomi

Anatomi manusia menggunakan daftar istilah sendiri, yang kebanyakan diambil dari bahasa Latin dengan arti yang sangat spesifik. Istilah anatomi merupakan hasil kesepakatan dari ahli-ahli anatomi sedunia yang dikenal sebagai terminologia anatomica. Semua istilah anatomis dalam dunia medis harus mengacu pada hasil kesepakatan tersebut, tidak boleh sembarangan. Terjemahan ke dalam bahasa lain dilakukan melalui kesepakatan ahli anatomi di negara masing-masing. Sayangnya, sampai sekarang belum ada pembakuan terjemahan terminologia anatomica ke dalam bahasa Indonesia, sehingga seringkali membingungkan.

Ada beberapa istilah umum anatomi yang selalu berulang muncul. Sangat penting bagi Anda untuk memahami beberapa istilah umum tersebut, yang antara lain adalah sebagai berikut:
Posisi Tubuh:

    Posisi anatomi (berdiri): Pada posisi ini tubuh lurus dalam posisi berdiri dengan mata juga memandang lurus. Telapak tangan menggantung pada sisi-sisi tubuh dan menghadap ke depan. Telapak kaki juga menunjuk ke depan dan tungkai kaki lurus sempurna. Posisi anatomi sangat penting karena hubungan semua struktur digambarkan dengan asumsi berada pada posisi anatomi.
    Posisi supine (terlentang): Pada posisi ini tubuh berbaring dengan wajah menghadap ke atas. Semua posisi lainnya mirip dengan posisi anatomi dengan perbedaan hanya berada di bidang horisontal daripada bidang vertikal.
    Posisi prone (tengkurap): Pada posisi ini, punggung menghadap ke atas. Tubuh terletak pada bidang horisontal dengan wajah menghadap ke bawah.
    Posisi litotomi: Pada posisi ini tubuh berbaring terlentang, paha diangkat vertikal dan betis lurus horizontal. Tangan biasanya dibentangkan seperti sayap. Kaki diikat dalam posisinya untuk mendukung lutut dan pinggul yang tertekuk. Ini adalah posisi pada banyak prosedur kebidanan.

Bidang Tubuh:

    Bidang frontal/koronal: bidang vertikal yang tegak lurus dengan bidang median. Bidang ini terbentuk dari garis yang menghubungkan satu telinga ke telinga yang lain dari atas kepala dan kemudian membagi seluruh tubuh di sepanjang garis itu.
    Bidang median/mid-sagital: bidang yang membagi tubuh menjadi bagian yang sama kanan dan kiri.
    Bidang sagital/paramedian: bidang yang sejajar dengan bidang median, tetapi membagi tubuh menjadi bagian kanan dan kiri yang tidak sama.
    Bidang transversal: bidang horisontal tubuh, tegak lurus dengan bidang frontal dan median.
    Bidang obliqua: bidang selain yang dijelaskan di atas.

Hubungan:

    Anterior berarti ke arah depan.
    Posterior berarti menuju belakang.
    Superior berarti ke arah kepala.
    Inferior berarti menuju kaki.
    Medial/medialis berarti menuju bidang median (medekati bagian tengah tubuh).
    Lateral/lateralis berarti menjauh dari bidang median (menjauh dari tengah tubuh).

Anggota Badan:

    Proksimal berarti dekat badan
    Distal berarti jauh dari badan
    Preaksial menunjukkan sisi radial atau tibial pada anggota badan.
    Postaksial menunjukkan sisi ulna atau fibular pada anggota badan.
    Fleksor berarti permukaan anterior anggota badan atas dan permukaan posterior anggota badan bawah.
    Ekstensor berarti permukaan posterior anggota badan atas dan permukaan anterior anggota badan bawah.

Bagian Otot:

    Origio (origin): ujung otot yang relatif tetap dari selama gerakan alami.
    Insersio (insertion): ujung otot yang relatif mobil selama gerakan alami.
    Belly: bagian tengah berdaging dari otot, yang bersifat insersio.
    Tendon: bagian berserat dan non-kontraksi dari otot, yang bersifat origio.
    Aponeurosis: tendon rata yang timbul dari jaringan ikat di sekitar otot.

Gerakan:

    Fleksi: gerakan yang membentuk atau mengurangi sudut sendi.
    Ekstensi: gerakan yang memperlebar sudut sendi.
    Aduksi: gerakan menuju batang tubuh
    Abduksi: gerakan menjauh dari batang tubuh
    Rotasi: memutar pada sumbu panjang tubuh
    Rotasi medial: rotasi ke sisi medial tubuh
    Rotasi lateral: rotasi ke sisi lateral tubuh
    Sirkumdiksi: kombinasi fleksi-abduksi-ekstensi-aduksi
    Pronasi: gerakan lengan bawah di mana telapak tangan menghadap belakang.
    Supinasi: gerakan lengan bawah d imana telapak tangan menghadap depan
    Protaksi: gerakan menuju ke depan
    Retraksi: gerakan menarik ke belakang
    Radial: gerakan ke arah os radius
    Ulnar: gerakan ke arah os ulna
    Tibial: gerakan ke arah os tibia
    Femoral: gerakan ke arah os femoris
    Frontal: gerakan ke arah os frontale
    Oksipital: gerakan ke arah os oksipitale, dll.

Bagian Struktur

    Kaput: kepala
    Korpus: badan
    Kauda: ekor
    Kolumna: leher
    Pedunkula: tangkai

Bentuk Struktur

    Fasia, fasialis: permukaan, muka
    Fovea: lekukan dangkal, lesung
    Fascia: lembaran
    Foramen: lubang
    Sulkus: lekukan
    Kanalis: saluran, pipa
    Kavum, kaverna:  rongga besar
    Kavernosus: berongga-rongga
    Kondilus: benjolan
    Spina: berduri, berujung tajam
    Krista: berbentuk seperti sisir
    Sinus: rongga kecil
    Prosesus: seperti ujung pedang
    Fisura: robekan, celah
    Insisura: irisan

Warna Struktur

    Alba: putih
    Nigra: hitam, gelap
    Rubra: merah
    Grisea: abu-abu
    Lutea, flava: kuning
    Kloros: hijau

http://ndamai.blogspot.com/2011/10/blog-post.html
Read More ->>

MEDIA KONTRAS RADIOGRAFI

Pengertian
http://ajunkdoank.files.wordpress.com/2009/10/media-kontras1.jpg?w=300
Media Kontras

Bahan Kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk meningkatkan visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostic medik.

Bahan kontras dipakai pada pencitraan dengan sinar-X untuk meningkatkan daya attenuasi sinar-X (Bahan kontras positif) atau menurunkan daya attenuasi sinar-X (bahan kontras negative dengan bahan dasar udara atau gas). Ada berbagai macam jenis kontras tergantung dari muatannya, cara pemberian dan lain sebagainya.

Jalur Pemberian Media Kontras

a. Pemberian Media Kontras per oral (barium meal)

Yakni pemberian media kontras per oral atau melalui mulut pasien dengan cara meminum atau menelen media kontras, umumnya media kontras barium sulfat.

b. Pemberian Media Kontras per anal (barium enema untuk usus besar & usus halus)

Yakni pemberian media kontras melalui dubur atau anus dalam bentuk media kontras dimasukan melalui dubur layaknya enema dengan bantuan rectal kateter.

c. Pemberian Media Kontras intravascular (umumnya media kontras iodium)

Yakni pemberian media kontras melalui injeksi intra vascular (i.v), biasanya bahan kontras yang berbasis iodium, (akan dibahas lebih detail pada bab selanjutnya).

d. Pemberian Media Kontras intra arterial, intrathecal (tulang belakang) dan intraabdominally (hampir pada seluruh rongga tubuh atau ruang yang potensial)

Pemberian media kontras melalui injeksi intra arteri (i.a) dan lain sebagainya disesuaikan dengan objek yang akan diperiksa atau ruang yang potensial untuk memasukan media kontras.

Syarat & Kegunaan Media Kontras

    Atom berukuran besar, sehingga mampu menyerap sinar-x
    Berbentuk cairan, sehingga mampu mengisi rongga tubuh
        Adapun Kegunaan Dari Media Kontras :
            Visualisasi saluran kemih (ginjal, vesika & saluran kemih)
            Visualisasi pembuluh darah (anggota badan, otak, jantung, ginjal)
            Visualisasi saluran empedu (kandung dan saluran empedu)
            Visualisasi saluran cerna (lambung dan usus)

Klasifikasi Media Kontras

A. Berdasarkan Kemampuan Menyerap Sinar-X

Secara umum media kontras dibedakan menjadi dua yakni media kontras positif dan media kontras negatif. Bahan kontras yang dipakai pada pencitraan dengan sinar-X untuk meningkatkan daya attenuasi sinar-X atau bahan kontras positif yakni media kontras yang memberikan efek gambaran opaque (putih) dalam citra radiografi, sedangkan media kontras yang digunakan untuk menurunkan daya attenuasi sinar-X (bahan kontras negative dengan bahan dasar udara atau gas) adalah media kontras yang digunakan untuk memberikan efek gambaran lucen (hitam) dalam citra radiografi. Selain itu bahan kontras juga digunakan dalam pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging), namun metode ini tidak didasarkan pada sinar-X tetapi mengubah sifat-sifat magnetic dari inti hidrogen yang menyerap bahan kontras tersebut. Bahan kontras MRI dengan sifat demikian adalah Gadolinium.

Ada dua jenis bahan baku dasar dari bahan kontras positif yang digunakan dalam pemeriksaan dengan sinar-X yaitu barium dan iodium. Sebuah tipe bahan kontras lain yang sudah lama adalah Thorotrast dengan senyawa dasar thorium dioksida, tapi penggunaannya telah dihentikan karena terbukti bersifat karsinogen.

a. Media Kontras Non – Iodinated/tidak mengandung yodium (Barium sulfat).

Bahan kontras barium sulfat, berbentuk bubuk putih yang tidak larut. Bubuk ini dicampur dengan air dan beberapa komponen tambahan lainnya untuk membuat campuran bahan kontras. Bahan ini umumnya hanya digunakan pada saluran pencernaan; biasanya ditelan atau diberikan sebagai enema. Setelah pemeriksaan, bahan ini akan keluar dari tubuh bersama dengan feces.

    Adapun cirri-cirinya :

    Contoh (BaSO4O) garam tidak larut air
    Menggunakan stabilizer à mencegah suspense terurai
    Ditambahkan zat perasa (oral)
    Dapat secara oral atau rectal (enema)
    Ekskresi via feses

b. Media Kontras Iodinated (mengandung yodium)

Bahan kontras iodium bisa terikat pada senyawa organik (non-ionik) atau sebuah senyawa ionic. Bahan-bahan ionic dibuat pertama kali dan masih banyak digunakan dengan tergantung pada pemeriksaan yang dimaksudkan. Bahan-bahan ionic memiliki profil efek samping yang lebih buruk. Senyawa-senyawa organik memiliki efek samping yang lebih sedikit karena tidak berdisosiasi dengan molekul-molekul komponen. Banyak dari efek samping yang diakibatkan oleh larutan hyperosmolar yang diinjeksikan, yaitu zat-zat ini membawa lebih banyak atom iodine per molekul. Semakin banyak iodine, maka daya attenuasi sinar-X bertambah. Ada banyak molekul yang berbeda. Media kontras yang berbasis iodium dapat larut dalam air dan tidak berbahaya bagi tubuh. Bahan-bahan kontras ini banyak dijual sebagai larutan cair jernih yang tidak berwarna. Konsentrasinya biasanya dinyatakan dalam mg I/ml. Bahan kontras teriodinasi modern bisa digunakan hampir di semua bagian tubuh. Kebanyakan diantaranya digunakan secara intravenous, tapi untuk berbagai tujuan juga bisa digunakan secara intraarterial, intrathecal (tulang belakang) dan intraabdominally – hampir pada seluruh rongga tubuh atau ruang yang potensial.
Adapun pembagiannya :

Mengandung minyak (oily iodinated CM)

    Vehikel berupa minyak tumbuhan (poppy seed)
    Digunakan untuk Arthrografi, HSG, Limfografi, Fistulografi, Mielografi)
    Kekurangan :
        Eliminasi dalam tubuh sangat lambat, butuh waktu lama
        Dapat mengakibatkan peradangan meanings (mielografi)
        Dapat mengakibatkan emboli pulmoner (limfografi)
        Harus segera dihilangkan setelah tindakan diagnostic selesai dilakukan

Larut air (Water soluble CM)

    Dibagi menjadi :
        Pyridone
        Asam alkil sulfonik yodium
        Derivat asam triiodinated aromatic, dibagi lagi menjadi :
            Ionik
            Non-Ionik

Tidak larut air (Water-insoluble CM)

    Digunakan secara oral, diserap melalui usus
    Contoh : golongan phtalein
        Tetragnost
        Derivat atophane
        Derivat asam cinnamic
        CM derivate aromatictriiodinated
        CM derivate heterosiklik triiodinated

http://ajunkdoank.wordpress.com/2009/10/20/media-kontras-radiografi/
Read More ->>

MAMOGRAFI

Apa itu mamografi ?


Mamografi adalah pemeriksaan payudara dengan menggunakan sinar X, sebagaimana foto rontgen paru-paru biasa , tetapi telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat melihat gambaran jaringan payudara pada foto rontgen yang dihasilkan, dimana sinar X yang dihasilkan oleh X-ray tube dilewatkan objek kemudian ditangkap oleh film.
Yang membedakan mamografi dengan X-ray biasa adalah : pertama , X-Ray mamografi memakai energi yang sangat rendah sekitar 25 kvp sedangkan X-ray biasa diatas 40 kvp dan focal spot yang sangat kecil tidak lebih dari 0,3 mm.
Kedua, mamografi dilengkapi dengan meja atau table khusus tempat memposisikan dan mengkompresi payudara. Ketiga, mamografi menggunakan film khusus yaitu film single emulsion.
Dengan peralatan yang sedemikian itu, memungkinkan didapat kontras jaringan payudara yang ideal untuk evaluasi kelainan yang minimal.
Jadi pesawat X-Ray biasa tidak dapat dipakai untuk mammografi.
Mammografi merupakan alat yang terbaik untuk screening atau deteksi dini kanker payudara, karena sinar X pada mammografi mempunyai kemampuan menembus jaringan payudara yang mengalami kelainan berupa tumor dan menunjukkan kelainan dlam payudara tersebut secara memuaskan.
Selain itu mamografi juga dapat melihat adanya mikrokalsifikasi yang sangat halus , kurang dari 200 u/milimikron. Mikrokalsifikasi yang terlihat oleh mamografi menunjukkan adanya keganasan atau kanker, dan hal ini tidak dapat dilihat dengan alat yang lain termasuk USG.
Alat ini telah dibuat seaman mungkin untuk penderita dan pemeriksaannya tidak menyakitkan penderita. Di negara-negara Eropa Barat dan Amerika Serikat , mamografi sangat popular dan merupakan alat yang peka dan sensitive untuk mendeteksi kelainan payudara khususnya kanker payudara.
Kapan sebaiknya dilakukan mamografi ?
Di Amerika Serikat, perkumpulan ahli kanker, perkumpulan ahli radiology dan perkumpulan ahli kebidanan menganjurkan untuk melakukan mamografi :
Setiap tahun sekali untuk wanita dengan usia lebih dari 50 tahun.
Pemeriksaan dasar sebaiknya dilakukan pada usia 35-40 tahun, kecuali pada wanita dengan riwayat keluarga menderita kanker maka pemeriksaan dilakukan pada usia 30 tahun.
Pada usia 40-50 tahun pemeriksaan dilakukan antara 1-3 tahun sekali tergantung riwayat kanker pada keluarga, ada tidaknya kelainan parenkim atau jaringan payudara pada pemeriksaan dasar.
Untuk Indonesia ,pemeriksaan mamografi dianjurkan minimal untuk mereka yang termasuk golongan resiko tinggi seperti : umur diatas 40 tahun, adanya penyakit fibrokistik payudara, riwayat kanker payudara dalam keluarga , dan kelompok wanita yang telah menjalani operasi payudara untuk melihat payudara sisi yang sebelahnya.
Selain untuk deteksi dini atau skrining seperti disebutkan diatas, maka mamografi juga disarankan dilakukan pada keadaan :
1. Adanya benjolan pada payudara baik dengan rasa nyeri atau tanpa rasa nyeri, adanya benjolan yang dirasakan oleh penderita sedangkan dokter pemeriksa belum dapat merabanya, karena ukurannya yang kecil dan letaknya dalam.
2. Adanya rasa tidak enak pada payudara seperti nyeri, sangat peka dan kelainan puting susu.
3. Pada penderita dengan riwayat resiko tinggi untuk terkena kanker payudara.
4. Pembesaran kelenjar ketiak yang meragukan.
5. Penyakit Paget puting susu, berupa adanya luka seperti eksim.
6. Adanya penyebaran metastasis tanpa diketahui asal tumor primer.
7. Pada penderita dengan cancer-phobia.
Namun sayangnya program deteksi dini kanker payudara dengan mamografi belumlah begitu rutin dilakukan di negara kita, karena terkendala oleh beberapa hal baik dari penderita maupun dari pemerintah sendiri.
Dari penderita misalnya, enggan melakukan mamografi karena ketakutan apabila dijumpai kanker payudara maka akan kehilangan payudaranya bahkan nyawanya, ketakutan terkena sinar radiasi, mempunyai anggapan hanya mereka yang beresiko tinggi saja yang perlu memeriksakan , dan juga karena belum mengetahui dan belum menyadari akan pentingnya skrining mamografi.
Dari pemerintah, antara lain belum menyediakan alat mamografi , termasuk di propinsi kita tercinta Kalimantan Barat. Mudah-mudahan suatu saat nanti ada alat mamografi di Bumi Khatulistiwa ini.
Dikatakan di Eropa Barat dan Amerika Serikat , dengan mamografi sebagai upaya deteksi dini kanker payudara, maka dapat menurunkan 25%-30% angka kematian akibat kanker payudara.
Sedangkan bila dijumpai kanker payudara pada skrining maka harapan hidupnya dapat meningkat 3,5 tahun dibandingkan rata-rata harapan hidup penderita kanker payudara
Jelaslah bahwa program deteksi dini dengan mamografi merupakan jawaban yang tepat saat ini untuk menurunkan angka kematian akibat kanker payudara , mengingat kanker ini merupakan kanker nomor dua terbanyak di negara kita setelah kanker leher rahim.
Untuk nona Yati, saudari termasuk kelompok resiko tinggi untuk terkena kanker payudara karena faktor keluarga, yaitu ibu kandung menderita kanker payudara. Sebaiknya anda melakukan pemeriksaan mamografi setelah usia diatas 30 tahun. Periksalah ke dokter bila suatu saat ada benjolan atau kelainan lain pada payudara anda seperti yang disebutkan diatas .Semoga pertanyaan anda sudah terjawab.




http://yusufheriady.blogspot.com/2009/03/mammografimembantu-diagnosis-kanker.html
Read More ->>

Pages

Follow me on Twitter

Follow me on Twitter
@DIR__

add me on Facebook

add me on Facebook
Muhammad Chaidir Pagessa

ATRO MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Terpopuler

muhammadchaidiir.blogspot.com

Pages

Chaidir's Blog. Powered by Blogger.

Kamus

Followers

About Me

My photo
Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia

Search Me

Popular Posts